TOPIK 2. FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG KEBERHASILAN KONSELING DAN PSIKOTERAP

 by Lutvia Fitriana

Hallo guys.... selamat datang lagi di blog saya,, Lutvia Fitriana... terimakasih untuk siapapun yang sudah mengunjungi blog ini.

Disini Via harapkan siapa saja bisa belajar mengenai ilmu psikologi terutama Konseling dan Psikoterapi.

Selain itu, saya harap blog ini sebagai media untuk belajar seputar ilmu psikologi.

Selamat membaca dan menimba ilmu dan informasi dari blog saya ya...

Berikut ini saya akan berbagi materi mengenai  faktor-faktor penghambat dan pendukung keberhasilan konseling dan psikoterapi:

FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG KEBERHASILAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI

1.      FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN KONSELING

a.      Struktur

Struktur diartikan sebagai karakteristik, kondisi, prosedur, parameter yang disetujui oleh konselor dan konseli. Struktur digunakan untuk memperjelas bagaimana hubungan antara konselor dan konseli, melindungi hak keduanya, mengarahkan, dan menjamin keberhasilan konseling.

Ada lima saran yang diartikan oleh Lesmana (2005) sebagai pedoman praktis untuk membangun struktur dalam konseling, meliputi:

·         Time limits, durasi waktu yang disepakati dalam satu kali pertemuan

·         Action limits, membatasi perilaku agar tidak terjadi sesuatu yang destruktif

·         Role limits, kesepakatan mengenai tujuan akhir

·    Procedural limits, pemberian tanggung jawab kepada klien untuk menghadapi suatu kebutuhan spesifik.

·         Fee schedules, mengenai waktu dan cara pembayaran

b.      Inisiatif

Dalam konteks konseling, inisiatif merupakan sikap atau usaha yang dapat memotivasi konseli untuk mempercepat mendapatkan jalan keluar dari suatu permasalahan.

c.       Setting fisik

Suasana yang kondusif perlu diciptakan saat konseling. Dalam hal ini, konselor harus memiliki keterampilan untuk menyiapkan ruangan yang dapat membuat diri konseli nyaman, aman, tenang dan rileks. Biasanya keterampilan ini, meliputi:

Pengaturan dekorasi ruangan, pengaturan tempat duduk, jarak tempat duduk konseli, letak tempat duduk konseli, dan ruang konseling.

d.      Kualitas konselor

Pihak yang paling mengetahui arah konseling dan sejauh mana tingkat keberhasilan konsleing.

Sementara itu, Latipun (2001) meninjau faktor penunjang keberhasilan konseling menjadi lima sudut pandang:

a.      Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan:

·   Jenis gangguan atau masalah, menemukan seberapa besar tingkat kesulitan yang akan dihadapi oleh konselor

·      Bobot permasalahan, permasalahan yang kompleks dapat mempengaruhi hasil konseling

·      Konseling sebelumnya, konseli yang sudah pernah menjalani konseling sebelumnya pada konselor lain, akan mempengaruhi keberhasilan konseling yang dijalani.

b.      Faktor Yang Berhubungan Dengan Konseli:

·    Usia, klien yang masih remaja lebih mudah dimodifikasi perilakunya daripada klien yang sudah dewasa. Dikarenakan klien yang masih remaja memiliki karakter kepribadian yang masih fleksibel, lain halnya dengan usia dewasa yang lebih mantap

·     Jenis kelamin, wanita lebih mudah dipengaruhi perilakuknya daripada pria karena wanita sering melakukan proses modeling

·  Tingkat pendidikan, klien yang berpendidikan tinggi lebih dapat menyikapi interaksi dalam konseling secara positif

·      Inteligensi, berpengaruh terhadap kemampuan klien untuk dapat menyesuaikan diri dan cara-cara pengambilan keputusan.

·       Status ekonomi, klien dengan latar belakang ekonomi yang baik lebih positif menilai diri dimasa depan.

c.       Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepribadian Konseli:

·      Motivasi, klien yang dating atas motivasi pribadi akan lebih berpengaruh positif terhadap konseling

·        Harapan, dengan harapan klien akan lebih semangat menjalani konseling

·    Kebutuhan ego dan kepribadian, memiliki peranan penting dalam penanganan masalah dan kecemasan menghadapi risiko

d.      Faktor Yang Berhubungan Dengan Kehidupan Klien:

·    Keluarga, dukungan dari keluarga menanamkan keyakinan dan semangat klien dalam menjalani konseling

·     Kehidupan social, klien yang hidup di lingkungan social yang mendukung klien Lebih Berhasil

e.       Faktor Yang Berhubungan Dengan Konselor Dan Proses Konseling:

·         Kemampuan konselor

·         Hubungan yang harmonis antara konselor dan konseli

 

2.      FAKTOR PENGHAMBAT KEBERHASILAN KONSELING

Menurut Yeo, 2003 (dalam Nurul Istiqomah, 2016), konselor memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam menjalankan tugas professionalnya, meliputi:

a.      Pengetahuan Dan Keterampilan

Konselor sering kali dihadapkan dengan teori tanpa dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang khusus agar dapat bekerja utuh

b.      Usia Dan Pengalaman

Klien melihat usia dan pengalaman konselor mempengaruhi klien untuk lebih mantap dalam mengambil keputusan. Karena konselor yang memiliki pengalaman yang cukup dan usia yang mencukupi dianggap sebagai orang yang bijak.

c.       Emosi

Merupakan karakteristik pribadi atau relative menetap

d.      Kebudayaan, Bahasa Dan Agama

Konselor belum sepenuhnya memahami budaya, bahasa atau agama klien. Hal ini akan menjadi keterbatasan konselor dalam proses konseling.

            Cavanag, 1982 (dalam Nurul Istiqomah, 2016)  mengemukakan ada 7 masalah umum yang dapat menghambat hubungan konseling, diantaranya:

a.      Kebosanan

Konselor yang sudah melakukan konseling berulang kali atau memiliki jam terbang tinggi berpotensi untuk merasakan kebosanan saat proses konseling

b.      Hostilitas

Konselor yang sudah merasakan dirinya nice people karena sudah merasa membantu dan berharap ia dihargai akan hal itu dapat menimbulkan hostilitas pada klien.

c.       Distansi Emosional

Konselor yang distan secara emosional tidak dapat ‘’masuk’’ ke dalam diri klien. Sehingga ia tidak berempati dengan benar.

d.      Kesalahan-Kesalahan Konselor

Semua konselor pasti pernah melakukan kesalahan, ini juga menjadi salah satu penyebab mengapa konseling menjadi terhambat.

e.       Kelekatan Emosional

Konselor dank lien bergantung pada satu sama lain dalam hal pemenuhan kebutuhan mereka, hanya sebatas untuk merasa aman, untuk menerima dan memberi cinta untuk dikagumi dan dibutuhkan (Lesmana 2006).

f.       Penderitaan (Sufferung/Psychological Bleeding)

Konselor bisa menyebabkan penderitaan pada klien ketika ia mendorong kliennya untuk berkembang, padahal klien memiliki keinginan besar untuk menetap pada suatu keadaan atau bahkan mundur.

g.      Burnout

Adalah suatu suasana kepadaman gairah kerja dan berprestasi, kadang juga dapat disebut strees kerja (Mappiare, 2006).

Konselor terus dihadapkan dengan emosional yang tinggi pada diri klien. Penderitaan klien juga menjadi penderitaanya, tapi disisi lain ia harus mempertahankan sikapprofesionalnya.

Selain hal-hal diatas, Yeo,2003 (dalam Nurul Istiqomah. 2016) juga mengemukakan bahwa terdapat kesenjangan yang berkaitan relasi dengan klien diantaranya:

·       Sebagian klien mengharapkan konselor mau menceritakan informasi pribadi tentang dirinya dan berusaha mendapatkan kesetaraan dalam berelasi.

·         Perasaan-perasaan konselor terhadap klien

·         Daya Tarik seksual

 

3.      FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN PSIKOTERAPI

Terdapat lima factor yang mendukung keberhasilan proses psikoterapi, diantaranya:

a.      Tujuan yang ingin dicapai

Proses psikoterapi harus memiliki tujuan yang jelas mengapa psikoterapi tersebut dilaksanakan. Psikoterapis juga harus memahami perasaan klien dan perubahan seperti apa yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, pada awal proses psikoterapi biasanya dilakukan assessmeny sebagai pengantar ke step berikutnya.

b.      Kemauan Klien Berubah

Keberhasilan psikoterapi sangat bergantung pada hal ini. Karena proses psikoterapi sifatnya tidak boleh dipaksakan. Apabila seorang pasien menjalani psikoterapi hanya karena paksaan dari pihak luar, maka hasil yang didapatkan dari psikoterapi tidak maksimal bila tidak didukung oleh kemauan dari pasien untuk berubah.

c.       Pengalaman Dan Keterampilan Psikoterapi

Psikoterapis yang baik harus terampil mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya selama proses psikoterapi. Kemudian akan lebih baik lagi apabila ditambah dengan jam terbang yang cukup dalam menangani pasien. Seorang psikoterapis dituntut untuk dapat memahami dasar psikologi, psikopatologi dan cara kerja pikiran manusia.

d.      Keterbukaan Pasien Terhadap Psikoterapis

Pasien diharapkan untuk dapat terbuka kepada psikoteapis, menceritakan permasalahan seddetail mungkin, dan yang terjadi sesuai dengan realita yang ada. Hal ini akan mendukung data-data yang dimiliki oleh psikoterapis, sehingga pasien mendapatkan perlakuan yang tepat guna.

e.       Metode Yang Digunakan

Opsi metode yang terdapat pada psikoterapis sangatlah variatif. Psikoterapis diharapkan dapat menyesuaikan metode yang digunakan dengan keluhan pasien.

 

4.      FAKTOR PENGHAMBAT PSIKOTERAPI

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan psikoterapi, diantaranya:

a.    Usia, banyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang dewasa yang berusia diatas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang cukup untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting daripada usia pasien adalah kapasitas pasien individual untuk intropeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah. Calon ideal untuk pasien psikoterapi biasanya adalah mereka yang berusia dewasa muda.

b. Analisis denga sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di kewirausahaan karena mengganggu tranferensi dan objektivitas ahli analisis

c. Kesalahan pemilihan metode yang digunakan dalam psikoterapi dapat menghambat keberhasilan psikoterapi karena tidak didapatkannya hasil baik yang signifikan.

d.      Psikoterapis tidak terampil dalam menerapkan teknik dan metode penanganan fungsi-fungsi mental pasien.

e.       Rasa takut yang dimiliki pasien saat psikoterapi.

 

REFERENSI

Corey, G. 2005. Teori Dan Praktik Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: Refika Aditama

Istiqomah, N. 2016. Faktor Pendukung Dan Penghambat Konseling Dan Psikoterapi. Surabaya:

Universitas 17 Agustus 1945.

Latipun, 2001. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.

Latipun. 2003. Psikologi Konseling Edisi Ketiga. Malang: UPT Penerbitan Universitas

Muhammadiyah.

Lesmana. J.M. 2005. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia Press. (UI Press).

Lesmana, J.M. 2006. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: UI-Press

Mappiare, A. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT Raja Grafindo.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TOPIK 5. MIKROSKILLS TAHAPAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI

TOPIK 1. DASAR-DASAR KONSELING DAN PSIKOTERAPI

TOPIK 4. TIPE-TIPE KONSELING DAN PSIKOTERAPI